dakwatuna.com – Jakarta. Perbankan nasional tengah
menggeliat. Jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa dengan mayoritas
Muslim membuat Indonesia menjadi potensi baru kekuatan keuangan syariah
di dunia.
Kemunculan Bank Muamalat Indonesia di awal tahun
1990-an merupakan tonggak dimulainya aksi koorporasi perbankan syariah.
Namun demikian, memasuki dekade ketiga perbankan syariah nasional,
ternyata masih diperlukan sejumlah terobosan konseptual dan
inovasi-inovasi produk perbankan syariah.
Berangkat dari latar
belakang tersebut, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan sejumlah
lembaga akan menggelar Forum Riset Perbankan Syariah (FRBS) di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 9 Desember mendatang. Ketua Panitia
Pengarah (steering committee) FRBS, Masyhudi Muqorobin, mengatakan,
forum riset merupakan bagian dari upaya mengatasi permasalahan dalam
pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Kecuali itu, forum
juga bertujuan sebagai wadah para akademisi dalam memberikan kontribusi
berupa sumbang pikir dalam bentuk karya ilmiah. “Bidikan utamanya adalah
mendukung pengembangan industri perbankan syariah di tanah air,” kata
Masyhudi kepada Republika, Rabu (27/10).
Masyhudi melanjutkan,
forum akan dikemas dalam bentuk seminar yang memaparkan makalah-makalah
ilmiah dari para akademisi, peneliti dan pemerhati ekonomi dan keuangan
syariah. Makalah-makalah didapat dari proses seleksi (call for papers)
dengan penilaian aspek orisinalitas, metodologi penulisan, kedalaman
analisa, kemanfaatan bagi industri dan ruang lingkup pembahasan.
Forum
riset yang mengambil tema Menuju Sistem Perbankan Syariah yang Sehat,
Kuat dan Konsisten terhadap Prinsip Syariah diharapkan mampu memberikan
dampak aplikatif terhadap pertumbuhan perbankan syariah nasional. “Kami
berharap banyak partisipan call for papers dalam forum riset,” ujar
Masyhudi.
Dikatakan, untuk memicu para akademisi mengirimkan
makalahnya, panitia juga menyediakan kompenssai kepada para penulis
dalam bentuk uang senilai Rp 6,5 juta (untuk peneliti pemula) dan Rp 10
juta (untuk peneliti madya). Kategori peneliti pemula adalah mahasiswa
S1, Sarjana S1, dan mahasiswa S2 atau setingkat.Sedangkan untuk kategori
peneliti madya/utama adalah mereka yang mempunyai gelar magister (S2),
mahahiswa program doktoral, dan pemegang gelar doktor atau atau
setingkat. (Budi Raharjo/EH Ismail/RoL)
0 komentar:
Posting Komentar