“Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, laki-laki yang keji untuk wanita yang keji
pula.wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik
untuk wanita yang baik pula..” (QS. An-Nur : 26)
Itu
berarti formula untuk mendapatkan pasangan hidup telah pula ditegaskan. Dulu..saya
berpikir lantas apakah wanita yang tidak baik tidak berhak mendapat laki-laki
yang baik? atau sebaliknya?.. Firman Allah memang tidak bisa ditelan
mentah-mentah, tetapi jika kita renungkan kembali, semua yang difirmankan Allah
adalah benar adanya dan pasti bermanfaat untuk kebaikan manusia.
Banyak
sekali laki-laki berkata: ”aku ingin mendapat istri yang sholehah” akan tetapi
ia sendiri tidak melihat dirinya masih berperilaku layaknya playboy, gonta-ganti
pacar, pegang-pegang wanita yang bukan muhrimnya, cipika-cipiki (cium pipi
kanan, cium pipi kiri) sana sini, sholat sering ditinggalkan, mendengar adzan
diabaikan. Lantas bagaimana ia akan mendapat wanita yang sholehah sedang
dirinya sendiri tidak sholeh?
Demikian
pula wanita berharap: ”aku ingin mendapat suami yang sholeh” akan tetapi ia
masih mengenakan rok mini di atas lutut, atasan tank top, aurat terbuka
kemana-mana, gampang sekali digandeng oleh laki-laki walaupun dengan alasan
klise hanya sebagai teman. Lisannya berkata: ”aku punya harga diri” tapi
dimana?.. Bagaimana akan ada laki-laki yang sholeh mau memilihnya menjadi
istrinya? sementara setiap saat ia terlihat bergantian laki-laki yang
bersamanya. Apakah ada laki-laki sholeh yang mau memiliki istri seperti ini?
Ketika
seorang laki-laki yang sholeh memilih seorang istri, tentunya ia berharap bahwa
istrinya akan menutup aurat, menurut perintah suami, membatasi pergaulan tidak
terlalu bebas pergi-pergi dengan laki-laki lain, bisa menerima penghasilan
suami dengan ikhlas, melahirkan dan menyusui anak-anaknya, merawat dan mendidik
anak-anaknya, memasak untuk suami, dan lain-lain seabrek tugas wanita di rumah.
Akan tetapi jika si wanita takut bodinya berubah karena melahirkan, takut
tangannya kasar karena memasak, takut tidak bebas jalan bersama teman-teman
laki-lakinya. Maka wanita ini belum bisa mendapat suami yang sholeh, karena
sebenarnya dirinya sendiri belum siap menjadi sholehah.
Jika
hal seperti ini dipaksakan, misal salah satu pihak belum siap dengan
konsekwensi menjadi istri yang sholehah/suami yang sholeh, maka ujung-ujungnya
adalah perceraian, naudzubillah. Karena itu perbaiki dulu diri kita, jika telah
sepadan..( dalam arti usaha untuk menjadi wanita yang sholehah atau laki-laki
yang sholeh) maka insyaAllah Allah tidak akan tinggal diam.
Dia Maha Melihat, Dia Tidak Tidur, Dia Maha Penerima Taubat, yang mengetahui usaha hambanya untuk menjadi lebih baik dan memperbaiki diri.
Dia Maha Melihat, Dia Tidak Tidur, Dia Maha Penerima Taubat, yang mengetahui usaha hambanya untuk menjadi lebih baik dan memperbaiki diri.
Islam
adalah agama yang indah, mengatur segala sesuatu untuk kemaslahatan manusia. Jika
ini diterapkan akan terwujud kebahagian yang dijanjikan Allah. Tapi sayang
banyak orang Islam yang tidak memahami, atau mungkin faham tapi mencoba menutup
mata karena lebih memperturutkan kemajuan zaman dan nafsu diri.
Biqudrotika ya Ghofurur Rahiim...
Engkau telah tentukan petunjuk untuk kebahagian kami
Ampunilah jika diri kami masih lebih condong kepada nafsu
Berilah kami syafaat-Mu dan kemudahan mengendalikan diri agar kami bisa menjadi laki-laki yang sholeh/wanita yang sholehah.
Aamiin....
Engkau telah tentukan petunjuk untuk kebahagian kami
Ampunilah jika diri kami masih lebih condong kepada nafsu
Berilah kami syafaat-Mu dan kemudahan mengendalikan diri agar kami bisa menjadi laki-laki yang sholeh/wanita yang sholehah.
Aamiin....
0 komentar:
Posting Komentar